Indra

"dalam am kerfonku, bulan, bintang, kopi dan rokok terlalu biasa untuk didefinisikan di dalam tutur seni sesuatu puisi. melainkan ia ditulis dalam bentuk metafora, diabola atau penuh estetikata. ia akan menjadi lebih berbeza..."

kata-kata indra ketika kami sedang duduk di sebuah cafe dan mencicip cangkir kopi pagi. suaranya seperti angin ubud yang mengalir di bali dan matanya seolah sinar mentari yang menyinar di bandar johor bahru. terasa lebih menyenangkan borkongsi meja kopi dengan anak-anak kota yang masih lagi menghargai sesebuah seni dalam bentuk apapun. ketulenan seni yang tak mungkin mati jika ada lagi manusia seperti mereka untuk sepuluh 
tahun nanti mungkin?

tetap lah berjalan
di atas candra marawalamu
mengejar sinar impiana

atau jangan berhenti
walau pahit kopi menyinsing senja
asap lisung membakar sukmamu

tetap lah berjalan
kerana dibelakangmu ada mentari
yang akan menyiat luka tubuh kerdilmu

bandung, indonesia